Hawar Daun Bakteri (HDB), atau dikenal petani dengan nama kresek, semakin menjadi momok bagi produksi padi di berbagai daerah. Penyakit yang disebabkan bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae ini dapat menyerang sejak fase bibit hingga menjelang panen. Serangan dini membuat tanaman muda layu dan mati, sedangkan infeksi pada fase generatif mengakibatkan gabah hampa.
Para ahli mengingatkan bahwa HDB tidak hanya menurunkan hasil, tetapi juga mengganggu kualitas bulir padi. Penelitian menyebutkan, kehilangan hasil akibat HDB bisa mencapai 30ā50 persen, bahkan hingga 70ā80 persen bila serangan terjadi pada musim hujan dengan curah hujan tinggi. Kondisi kelembaban berlebih dan pemupukan nitrogen berlebihan menjadi pemicu utama berkembangnya penyakit ini.
Kasus serangan HDB dilaporkan meningkat di beberapa provinsi penghasil padi, terutama ketika petani menggunakan varietas rentan tanpa perlindungan yang memadai. Bakteri penyebab penyakit ini dapat bertahan melalui benih maupun percikan air hujan, sehingga penyebarannya sangat cepat di lapangan.
Upaya pencegahan sebenarnya telah banyak direkomendasikan. Petani dianjurkan menggunakan varietas tahan seperti Inpari 6 atau Ciliwung, mengatur jarak tanam dengan pola jajar legowo, serta melakukan pengairan berselang untuk mengurangi kelembaban. Selain itu, pemupukan berimbang dengan menambahkan kalium penting dilakukan agar dinding sel tanaman lebih kuat menghadapi serangan patogen.
Jika serangan sudah meluas, petani disarankan menggunakan bakterisida sesuai rekomendasi, meski langkah ini hanya sebagai pilihan terakhir. Pakar pertanian menekankan bahwa strategi terbaik adalah pengendalian terpaduāmengombinasikan varietas tahan, sanitasi lahan, pemupukan berimbang, dan agen hayatiāagar risiko gagal panen bisa ditekan seminimal mungkin.