Penyakit bercak coklat pada padi, yang disebabkan jamur Bipolaris oryzae, kini dipandang bukan sekadar ancaman hasil, melainkan juga indikator kesehatan tanah. Gejalanya berupa bercak oval berwarna coklat gelap pada daun hingga bulir gabah, yang dapat menyatu dan menyebabkan daun mengering seperti terbakar. Pada gabah, infeksi ini menurunkan kualitas dan harga jual secara signifikan.
Dalam kasus berat, terutama di lahan dengan nutrisi rendah, bercak coklat dapat menyebabkan kehilangan hasil hingga 45 persen. Beberapa laporan bahkan menyebutkan potensi kerugian mencapai 90 persen bila tanaman ditanam di tanah miskin hara tanpa pengelolaan yang baik. Penyakit ini dikenal sebagai “penyakit tanaman lapar” karena erat kaitannya dengan kondisi fisiologis tanaman yang lemah akibat kekurangan nutrisi.
Peneliti menjelaskan bahwa kekurangan unsur kalium, silika, dan mangan membuat tanaman lebih rentan terserang bercak coklat. Stres air akibat kekeringan juga memperparah kondisi, sehingga tanaman semakin tidak mampu melawan infeksi jamur. Benih terinfeksi dan sisa jerami sakit menjadi sumber inokulum utama yang mempercepat penyebaran penyakit ini.
Upaya pengendalian difokuskan pada perbaikan kesuburan tanah melalui pemupukan berimbang, penambahan bahan organik, serta penggunaan varietas tahan. Sanitasi lahan dengan membenamkan atau membakar jerami sakit juga penting untuk mengurangi sumber penyakit.
Selain itu, pemanfaatan agen hayati seperti Bacillus atau Pseudomonas fluorescens semakin banyak direkomendasikan. Jika serangan sudah parah, fungisida dapat digunakan sebagai solusi terakhir. Dengan pendekatan terpadu, bercak coklat dapat ditekan sekaligus memperbaiki kesehatan tanah dan daya tahan tanaman jangka panjang.