Hawar Pelepah Ditetapkan sebagai Penyakit Padi Paling Merusak Kedua di Dunia

Dipublikasikan pada 10 Sep 2025

News #7
Hawar pelepah akibat jamur Rhizoctonia solani kini menempati posisi sebagai penyakit padi paling merusak kedua setelah blas. Penyakit ini berkembang pada pelepah bawah dekat permukaan air lalu menyebar ke atas, membuat daun kering dan tanaman mudah rebah. Infeksi berat juga mengganggu pengisian gabah sehingga hasil panen menurun drastis.

Laporan penelitian menyebutkan, rata-rata kerugian akibat hawar pelepah mencapai 6 persen di Asia, namun pada kasus parah bisa mencapai 70 persen atau bahkan gagal panen. Di Indonesia, intensitas serangan dilaporkan meningkat di lahan intensif dengan varietas unggul pendek dan anakan banyak, yang menciptakan kanopi rapat dan lembab—kondisi ideal bagi patogen. Faktor pemicu utama penyakit ini adalah kelembaban tinggi, suhu hangat, dan pemupukan nitrogen berlebihan. Penanaman dengan jarak rapat semakin memperburuk iklim mikro di sawah. Kondisi inilah yang membuat hawar pelepah disebut sebagai “penyakit buatan manusia” karena diperparah oleh intensifikasi pertanian modern.

Solusi pengendalian yang dianjurkan meliputi penggunaan pola tanam jajar legowo, pengelolaan air berselang, serta pemupukan berimbang. Setelah panen, sisa jerami sebaiknya dibenamkan ke tanah untuk mengurangi sklerotia jamur yang menjadi sumber penyakit di musim berikutnya.

Selain itu, agen hayati seperti Trichoderma dan Bacillus subtilis terbukti efektif menekan perkembangan penyakit sekaligus merangsang pertumbuhan tanaman. Penyemprotan fungisida bisa dilakukan bila serangan sudah meluas, namun pakar pertanian mengingatkan bahwa pendekatan proaktif melalui manajemen budidaya jauh lebih berkelanjutan.

← Kembali ke Daftar Berita